Di zaman sekarang, hari valentine di jadikan hari valentine di dunia barat. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh globalisasi. Valentine’s Days juga merambah ke indonesia. Dan kartu valentine yang pertama kali dibuat, di produksi massal oleh Esther A Howland sekitar tahun 1847.
Sejarah Valentine
Valentine adalah nama seseorang pemimpin agama Katolik yang telah dianggap menjadi martir ?Islam : Syuhada- oleh orang-orang Kristen (katolik) dan Valentine telah diberi gelar sebagai orang suci (Santo) oleh orang-orang Kristen.
Kisahnya bermula ketika raja Claudius II (268 – 270 M) mempunyai kebijakan yang melarang prajurit-prajurit-nya untuk menikah. Menurut raja Claudius II, bahwa dengan tidak menikah maka para prajurit akan agresif dan potensial dalam berperang.
Kebijakan ini ditentang oleh Santo Valentine dan Santo Marius, mereka berdua secara diam-diam tetap menikahkan para parujurit dan muda-mudi, lama-kelamaan tindakan mereka diketahui oleh raja Claudius, sang rajapun marah dan memutuskan untuk memberikan sangsi kepada Valentine dan santo Marius yaitu berupa hukuman mati.
Sebelum dihukum mati, Santo Valentine dan Santo Marius dipenjarakan dahulu, dalam penjara Valentine berkenalan dengan seorang gadis anak sipir penjara, kemudian gadis ini setia menjenguk valentine hingga menjelang kematian Valentine. Sebelum Valentine dihukum mati, Valentine masih sempat menulis pesan kepada gadis kenalannya, yang isinya : ‘ From Your Valentine ‘
Setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, orang-orang selalu mengingat kedua santo tersebut dan merayakannya sebagai bentuk ekspresi cinta kasih Valentine, dua-ratus tahun kemudian yaitu tahun 496 Masehi setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, Paus Galasius meresmikan tanggal 14 Februari 496 sebagai hari Velentine.
Itulah sejarah hari Valentine yang ternyata untuk mengenang dan memperingati dua orang suci Kristen Katolik yang mengorbankan jiwanya demi kasih sayang.
Ada versi lain tentang sejarah Valentine, yaitu pada masa Romawi Kuno, tanggal 14 Februari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno, dewi Juno adalah ratu dari segala dewa dan dewi, orang-orang Romawi kuno juga meyakini bahwa dewi Juno adalah dewi bagi kaum perempuan dan perkawinan dewi cinta.
Pada tanggal 14 Februari orang-orang Romawi kuno mengadakan perayaan untuk memperingati Dewi Juno dengan cara memisahkan kaum laki-laki dan perempuan. Nama-nama remaja perempuan ditulis pada potongan kertas lalu digulung dan dimasukkan ke dalam botol, setelah itu para laki-laki mengambil satu kertas sebagai, setiap laki-laki akan mendapatkan pasangan sesuai nama yang didapat dalam undian tersebut, bila kemudian mereka ada kecocokan maka mereka akan melangsungkan pernikahan dihari-hari berikutnya.
Valentine dan Barat
Pada abad ke 16 Masehi, perayaan Valentine yang semula merupakan ritual milik agama Kristen Katolik telah berangsur-angsur bergeser, yang semula untuk memperingati kematian santo Valentine dan Marius telah bergeser menjadi hari 'Jamuan Kasih Sayang' yang disebut sebagai 'Supercalis' seperti yang dirayakan oleh bangsa Romawi Kuno pada tiap tanggal 15 Februari.
Sedangkan pada abad pertengahan di dalam bahasa Perancis-Normandia terdapat kata 'Galentine' yang berasal dari kata Galant yang berarti cinta, persamaan bunyi antara Galentine dan Valentine disinyalir telah memberikan ide kepada orang-orang Eropa bahwa sebaiknya pada tanggal 14 Februari digunakan untuk mencari pasangan. Dan kini Valentine telah tersinkretisasi dengan peradaban Barat.
Valentine telah menjadi bentuk pesta hura-hura, simbol modernitas, sekedar simbol cinta, dan sudah mulai bernuansa pergaulan bebas dan seks bebas.
Banyak para muda-mudi yang mengadakan pesta Valentine hanya karena ikut-ikutan supaya tidak dibilang ketinggalan zaman atau tidak gaul, orang yang ikut-ikutan pesta valentine seakanakan telah menyandang predikat sebagai orang yang modern dan maju, padahal dia tidak tahu apa-apa tentang sejarah Valentine dan Valentine itu sendiri, padahal Valentine sendiri bukanlah hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Tentu saja Barat adalah yang paling diuntungkan dengan hiruk-pikuk pesta Valentine, karena di dalam pesta valentine orang didukung untuk hura-hura, mencari cinta sesaat dan instan, seks bebas, galmour yang semuanya itu mengarah ke peradaban Barat.
Ketika Al-Islah mengadakan survey via telepon terhadap beberapa masyarakat kota, ada seorang koresponden yang pernah berada di luar negeri memberikan pandangannya bahwa Valentine telah menjadi media Barat untuk memasarkan produknya, merebaknya Valentine di kalangan muda-mudi, menjadikan mereka ramah dan permisif terhadap produk-produk Barat, antara lain fashion, kafe, hotel, film, seks pranikah, dan lain sebagainya.
Namun kalau kita mau jeli dan teliti, Valentine memang bisa menjadikan seseorang merasa tidak ketinggalan zaman, gaul, fashionable dan segudang simbol peradaban Barat lainnya, salah satu faktor besarnya daya jual produk-produk Barat adalah terbangunnya opini tersebut dikalangan muda-mudi, contoh, orang ingin mengganti Hp-nya dengan HP baru hanya dengan satu alasan saja yaitu 'model baru lebih trendy atau fashionable yang lama telah ketinggalan jaman dan memalukan' , opini semacam itulah yang ingin dibangun barat melalui acara-acara Valentine.
Beberapa versi tentang sejarah Valentine's Day
Ensiklopedia Katolik menyebutkan tiga versi tentang
Valentine, tetapi versi terkenal adalah kisah Pendeta St. Valentine yang hidup
di akhir abad ke 3 M di zaman Raja Romawi Claudius II. Pada tanggal
14 Februari 270 M Claudius II menghukum mati St. Valentine yang telah
menentang beberapa perintahnya. Cladius II melihat St. Valentine mengajak
manusia kepada agama Nasrani lalu dia memerintahkan pasukannya untuk menangkap
pendeta ini.
Dalam versi kedua, Cladius II
memandang para bujangan lebih tabah dalam berperang dari pada mereka yang telah
menikah yang sejak semula menolak untuk pergi berperang. Maka dia mengeluarkan
perintah yang melarang pernikahan. Tetapi St. Valentine menentang perintah ini
dan terus mengadakan pernikahan di gereja dengan sembunyi-sembunyi sampai
akhirnya diketahui lalu dipenjarakan. Dalam penjara dia berkenalan dengan putri
seorang penjaga penjara yang terserang penyakit. Ia mengobatinya hingga sembuh
dan jatuh cinta kepadanya. Sebelum dihukum mati dia mengirim sebuah kartu yang
bertuliskan “Dari yang tulus cintanya Valentine”. Hal itu terjadi
setelah anak tersebut memeluk agama Nasrani bersama 46 kerabatnya”.
Versi ketiga menyebutkan, ketika agama Nasrani
tersebar di Eropa, di salah satu desa terdapat sebuah tradisi Romawi yang
menarik perhatian para Pendeta Nasrani. Dalam tradisi itu pria-pria desa
berkumpul tiap pertengahan bulan Februari. Luperci atau pendeta Lupercus
akan berpakaian bulu kambing untuk sebuah upacara berdarah. Para pendeta dari
Lupercus, dewa serigala, akan mengorbankan kambing dan seekor anjing dan
kemudian melumuri tubuh mereka dengan darah. Setelah tubuh pendeta Lupercus
menjadi merah karena dulumuri darah, dia akan berjalan di sekitar bukit
Palatine dengan menggunakan tali yang terbuat dari kulit kambing yang dinamai februa. Wanita-wanita akan duduk di sekitar
bukit, lalu mereka akan dicambuki dengan tali kulit kambing supaya mereka
menjadi subur.
Setelah itu Para wanita muda itu berkumpul di kota dan
nama mereka dimasukkan ke dalam kotak. Inilah "surat cinta" disebut Billet.
Pria-pria Romawi akan mengambil billet, dan wanita yang membuat billet tersebut
akan menjadi pasangan seks liarnya, dan dia akan berzina sampai Lupercalia
berikutnya atau 14 Februari.
Jadi, 14 Februari menjadi hari nafsu seksual yang tak terkendali. Warna "merah" dan "bentuk hati" melambangkan kekudusan untuk hari ini. Bentuk hati yang ada pada perayaan ini bukan bentuk hati atau jantung dari organ tubuh manusia, melainkan bentuk ini melambangkan rahim wanita atau membuka ke kamar persetubuhan yang suci menurut mereka. Mereka juga mengirimkan sebuah kartu yang bertuliskan “dengan nama tuhan Ibu saya kirimkan kepadamu kartu ini”. Akibat sulitnya menghilangkan tradisi Romawi ini para pendeta Nasrani memutuskan mengganti kalimat “dengan nama tuhan Ibu” dengan kalimat “dengan nama Pendeta Valentine” sehingga dapat mengikat para pemuda tersebut dengan agama Nasrani.
Jadi, 14 Februari menjadi hari nafsu seksual yang tak terkendali. Warna "merah" dan "bentuk hati" melambangkan kekudusan untuk hari ini. Bentuk hati yang ada pada perayaan ini bukan bentuk hati atau jantung dari organ tubuh manusia, melainkan bentuk ini melambangkan rahim wanita atau membuka ke kamar persetubuhan yang suci menurut mereka. Mereka juga mengirimkan sebuah kartu yang bertuliskan “dengan nama tuhan Ibu saya kirimkan kepadamu kartu ini”. Akibat sulitnya menghilangkan tradisi Romawi ini para pendeta Nasrani memutuskan mengganti kalimat “dengan nama tuhan Ibu” dengan kalimat “dengan nama Pendeta Valentine” sehingga dapat mengikat para pemuda tersebut dengan agama Nasrani.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa Valentine's Day tidak lebih
bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merusak Akidah muslim
dan muslimah, sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat dengan kedok
percintaan, perjodohan dan kasih sayang. Maka beginilah cara mereka mengartikan
'cinta'.